ORANG TUA PELIT
Penulis Rafdizon Mawardi.
Sebagai contoh dapat dikemuka kan disini, memberi jajan perhari sebanyak 500 rupiah kepada
seorang anak SD untuk ukuran sekarang ini, tentu, tidak pada tempatnya, karena, di samping
membuat image anak tersebut jelek kepada orang tuanya, sebagai orang tua yang pelit, medit dan
lain sebagainya.
Pada saat yang sama, ketidak – wajaran uang belanja tersebut rawan menjerumuskan
anaknya untuk melakukan penyelewengan moral, yang mungkin saja akan mendorongnya untuk mencuri uang orang tuanya, atau merampas uang jajan temannya yang nyata nyata dilihatnya lebih banyak, atau melakukan berbagai kemungkinan hal menyimpang lainnya, dengan tanpa sepengetahuan orang tua dan gurunya.
Demikian sebaliknya, memberi jajan kepada anak yang sama (anak SD) perhari sebanyak
100.000 rupiah, pun tidak berada pada takaran yang sesungguhnya. Karena, kelebihan uang jajan itu, di samping menumbuhkan opini dibenak anaknya mengenai orang tuanya yang royal, juga akan
mendorong anaknya terjerembab pada sikap mubazir.
Si anak nampaknya tidak atau kurang pandai menghargai akan
fungsi dan maknanya uang, dan yang lebih mengkhawatirkan, kebanyakan jajan akan membuat
perutnya selalu penuh, sehingga menjadi pemalas dan selalu mengantuk.pada saat belajar.
Sangat boleh jadi, orang tuanya beranggapan bahwa ia memberi kan jajan sebanyak itu kepada
anaknya, sebagai wujud dari rasa cinta dan kasih sayangnya kepada buah hatinya, tapi yang terjadi
malah sebaliknya.
Alih alih anaknya akan menjadi cerdas dan pintar seperti yang dikehendaki orang tuanya, kenyataannya, sangat jauh panggang dari api.
Disitulaletak makna dari pepepatah, ” Sayang jo.kampuang ditingga tinggakan, sayang jo anak
dilacuik lacuik” (Sayang dengan kampung ditinggal tinggalkan, sayang sama anak dilecut lecut (dipukul pukul).
Artinya, sayang tidak selalu berarti memenuhi semua kemauan sang anak, dan cinta pun tidak mesti selalu dimaknai dengan memberi kan apa pun yang dimintanya.
Sebab itu, orang tua dituntut untuk mampu menghitung danmengukur berapa jumlah jajan yang
sewajarnya kepada anaknya yang baru duduk di bangku sekolah dasar.
UANG
Hal.tersebut, sesuai dengan kepat tutan uang
jajan yang diberikan akan berdayaguna bagi pertumbu han biologis dan psikologis yang baik bagi anaknya, pun juga berhasil guna bagi terbentuknya anak anak yang pintar dan cerdas.
Demikian halnya dengan berbagai takaran takaran mengenai berbuat kebaikan lainnya yang hendak
dan selalu dilakukan oleh setiap orang.
Selanjutnya, kedua; pada kata ‘Agak Agak” juga terkandung makna kehatihatian dan kewaspadaan. Artinya, setiap orang yang ingin berbuat baik hendaklah selalu hati hati dan waspada.
Dari sisi emosional misalnya, jangan sampai kebaikan yang ia lakukan, justeru melukai dan meciderai hati orang lain. Jangan sampai prakarsa kebaikan yang ia ambil, mengecilkan arti kebaikan yang juga pernah dilakukan orang lain.
Atau, jangan sampai banyaknya kebaikan yang telah ia lakukan
membuatnya menjadi dominan, dan meminggirkan peran serta orang lain, merasa menguasai
kebaikan, dan berbagai kemung kinan sikap a moral lainnya yang tidak diinginkan oleh adat, apalagi
dikehendaki oleh agama.
Dari sudut pandang agama, semua sikap tersebut justeru akan merusak berbagai amaliah kebaikan yang telah dan yang akan dilakukan.
Terlebih, Islam menuntut agar setiap kebaikan mesti dilakukan
dengan ikhlas, dengan pemaha man, bahwa kebaikan yang dilakukan murni disandarkan kepada Allah semata.
Dan sedikit pun tidak bercampur dengan sifat ria (ingin dipuji), tidak dikotori oleh sifat ujub
(membanggakan diri), dan tidak diprovokatori oleh sifat takabur (menyombong-kan diri).U