Pewartanasional.com

Ramadhan 1446 H

AMANAT GALUNGGUNG  KE PARA SATRIA DI TANAH AIR

Galunggung punya cerita. Foto/Ist

AMANAT GALUNGGUNG  KE PARA SATRIA DI TANAH AIR

Dengan kepuasan dan gembira mantan Kapolda Jabar Irjen Pol Pur DR Anton Charliyen mengungkapkan, uraiannya Galunggung punya cerita, setelah ide dan cita citanya disupor oleh berbagai komunitas seni dan budaya.

“Ada pesan khusus pada Naskah Amanat Galunggung kepada generasi muda yang disampaikan pada acara Sawala Budaya, ” kata Anton Charliyen pada paparan  “Sawala Budaya” di Tasikmalaya, baru baru ini.
.
Amanat Galunggung, menitikberatkan  arti penting cinta tanah air yakni, agar para ksatria, para generasi muda kader penerus bangsa mampu mempertahankan tanah leluhurnya (kabuyutan), dan mampu membela tanah airnya.

“Jangan sampai terkuasai oleh orang asing atau para kapitalis, ” tegas Abah Anton setelah purna bakti dari kepolisian aktif membina seni dan membangkitkan budaya Sunda.

Di masa tua Abah Anton, nampaknya  terus menerus  memberi arahan dan  penjelasan tentang Amanat Galunggung  karena dianggap sangat penting, dan diharapkan sikap generasi muda untuk mempertahan kan tanah leluhur dan tanah air ini dengan sungguh.

Dengan mempertahankan tanah leluhur dan tanah air hingga terwujud ada sumpah atau amanat khusus dari seorang Raja Galuh Prabu Darma Siksa pada abad XII

Dalam amanat Galunggung, diminta bagi para  penerus dan generasi mendatang bila tidak mampu mempertahankan tanah leluhur dan tanah air,  maka Raja Galuh Prabu Darma mengatakan  lebih hina dari bangkai yang paling busuk yang ada di tempat sampah.

Oleh sebab itu, kita harus menjaga jangan sampai tanah leluhur dan tanah air direbut dan dikuasai oleh orang lain (Jaga beunangna kabuyutan ku sakalih). Sebab banyak para pedagang yang ingin merebut tanah leluhur  (Banyaga nu dek ngarebut kabuyutan).

Yakni orang-orang asing yang ingin merebut tanah leluhur (Asing iya nu meunangkeun kabuyutan). Hal ini lebih berharga kulit musang di tempat sampah daripada Raja Putra tidak mampu mempertahankan tanah leluhur yang direbut orang lain. (Mulyana kulit lasun di jaryan, modalna rajaputra antukna beunang ku sakalih).

“Sebagai masyarakat nusantara, khususnya masyarakat Sunda, terutama kita semua yang lahir di kaki Gunung Galunggung agar kembali mengikuti pesan pesan penting sebagai warisan leluhur yang tercatat pada Amanat Galunggung,  terutama kaitannya dalam menjaga keutuhan NKRI.

“Kita  jangan mau lagi diadu domba yang sudah nyata pasti akan merusak tatanan kehidupan masyarakat, dan keutuhan NKRI, ” jelas mantan Kapolda Jabar lebih akrab disebut Abah Anton.

Abah Anton juga  menjelaskan, bahwa Galunggung yang dikenal dengan filosofinya : ” Galunggung Ngadeg Tumenggung, Sukapura Ngadaun Ngora,”  kalimat ini  mengisyaratkan bahwa raja raja sunda baru syah menjadi seorang raja bila sudah direstui para rama dan resi yang ada di Galunggung. ( Galunggung tempat Pangistrenan Raja Raja di Tatar Sunda)

Bahkan lebih jauh disebutkan,”  Lamun Ki Sunda Hayang Nanjung kudu boga pulung ti Galunggung, can sampurna jadi Ki Sunda mun can nganjang ka Galunggung,.can ngagelar di batu ampar, can dzikir di Walahir.

Oleh sebab itu,   menurut Naskah Pragmen Carita Parahyangan Galunggung dikatakan sebagai Taraju nya ( Pasak, Puser, Pusat, Penyeim- bang) Jawa Dwipa (Nusantara )
Bahkan  menurut Naskah Sunda Kuno yang lain yaitu kitab Purusangkara,  Galunggung merupakan salah satu tempat persinggahan Kapal nabi Nuh saat terjadinya Banjir besar.

Dengan ada peristiwa yang menakjub kan  tersebut sehingga muncul artikulasi galunggung itu sendiri yang identik dengan ” GALUH HYANG AGUNG , atau GALUH NUH AGUNG ” sebagai persinggahan Nabi Nuh yakni yang bergelar Maha Guru Rasi Pu Hun Galuh Hyang Agung.(Kibar Nusantara)

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *