Day: May 18, 2024
HUT IPSI KE 76 : MOMEN PEREKATAN BUDAYA DAN KEBANGSAAN
Berawal dari rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro. Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seluruh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Negara Urusan Pemuda. Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro sendiri adalah Negara Urusan Pemuda. Maka tanggal 18 Mei 1948 pun ditetapkan sebagai hari kelahiran IPSI. Di tahun 2024 ini IPSI telah memasuki usia ke-76, di mana peringatannya mengusung tema besar, yaitu “Lestarikan Budaya Bangsa, Sebagai Pemersatu Bangsa”. Tema ini menjadi sangat relevan, manakala dikaitkan dengan derasnya arus budaya luar yang memasuki negeri kita, di samping juga mempererat kembali ikatan kebangsaan, setelah sempat terpolarisasi dalam penyelenggaraan Pemilu 2024. Kita akan bicara tentang dua hal berdasarkan tema tersebut, yaitu pelestarian budaya dan persatuan bangsa. Memandang kecenderungan yang ada saat ini maka kedua hal tersebut sangat penting untuk diperbincangkan kembali, agar tumbuh terus kesadaran akan budaya lokal dan persatuan bangsa. Pencak silat adalah salah satu elemen di dalam budaya kita, meski di beberapa negara tetangga pun diakui sebagai kekayaan budaya mereka. Mungkin saja ada kesamaan itu, karena memang beberapa negara memiliki seni beladiri masing, seperti Cina, Korea dan Jepang. Sementara di Indonesia sendiri pencak silat telah ada sejak lama, bahkan ratusan tahun lampau. Pencak silat itu ada di berbagai daerah dan memiliki nama dan aliran masing-masing. Sebagai salah satu elemen budaya nasional, pencak silat harus terus dipertahankan eksistensinya, sebagaimana halnya jenis-jenis budaya lain, karena menjadi wujud sejati bangsa Indonesia. Pada beberapa tahun belakangan sempat muncul pesimisme mengenai perkembangan pencak silat, dikaitkan dengan hadirnya jenis-jenis beladiri dari luar, sehingga menempatkan pencak silat seolah bukan menjadi pilihan utama. Bahkan, secara menyedihkan, pencak silat dianggap oleh sebahagian orang sebagai seni beladiri yang kurang up to date, malah mungkin dianggap kampungan. Bersyukur kemudian hal itu segera sirna dan masyarakat secara umum kembali mencintai pencak silat. Perubahan sikap atau cara pandang sebahagian masyarakat terhadap pencak silat — dari yang apatis ke empati — sudah tentu adalah karena kerja keras segenap jajaran pengurus IPSI, yang selalu bersemangat dan tak kenal lelah mendekatkan pencak silat ke tengah masyarakat. Hal tersebut terbantukan pula oleh adanya perkembangan berita atau konten di media sosial setekah lahir film buatan sutradara Amerika berjudul “The Raid” yang dibintangi oleh Iko Uwais. Seketika pencak silat menjadi produk budaya yang popular dan bisa dinikmati. Maka animo masyarakat untuk masuk dan berlatih di perguruan-perguruan silat pun meningkat. Lalu bagaimana dengan soal pencak silat dikaitkan dengan unsur pemersatu bangsa? Kita tahu persoalan mendasar persatuan di negeri ini adalah pada kebhinekaannya. Ada begitu banyak suku dan budaya yang setiap saat berpotensi membuyarkan persatuan dan kesatuan. Kesadaran akan arti pentingnya kebangsaan dan nasionalismelah yang menjadi perekat perbedaan-perbedaan tersebut. Kesadaran bahwa menjadi satu adalah pilihan terbaik dibandingkan dengan tercerai-berai. Di dalam tubuh pencak silat pun terdapat perbedaan-perbedaan itu. Aneka perbedaan itu berlandas pada unsur propinsial atau kedaerahan dan unsur keragaman aliran pencak silat. Ada rivalitas di luar kompetisi yang cenderung bisa merusak unsur persaudaraan di dalam tubuh pencak silat. Perselisihan yang kurang produktif pernah beberapa kali terjadi diantara perguruan silat dan itu sangat menyedihkan, tak seharusnya hal itu terjadi. Para pegiat pencak silat di Indonesia selayaknya memandang IPSI sebagaimana halnya beragam suku budaya di dalam memandang Indonesia, yaitu sebagai perekat dan pemersatu. IPSI adalah pemersatu kebhinekaan perguan silat, sehingga IPSI menjadi titik temu atas segala perbedaan yang ada itu. Selamat ulang tahun IPSI. Semoga pertambahan usia akan pula diikuti oleh perkembangan organisasi dan prestasi. (DR.(C) Adv.Muhamad Zarkasih,SH.,MH./Pengurus PB.IPSI/ Pelatih Utama)
Read MoreKomunitas Bikers serta Ormas / Lsm Gelar Aksi Damai di Kantor Kecamatan Cicalengka
Bandung || pewartanasional.com || Cicalengka Ratusan warga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kecamatan Cicalengka , pada Sabtu siang 18 /5/2024. Massa yang berasal dari berbagai Ormas/Lsm serta Komunitas Bikers ini ,datang debgan mengendarai sepedah motor serta Mobil Pick up dengan damai dan di kawal oleh Satlantas Polsek Cicalengka.Aksi Damai ini menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap Sarana Jalan yang berlobang Serta Penerangan Jalan Umum. Demonstrasi berlangsung damai, dengan peserta membawa berbagai spanduk bertuliskan tuntutan mereka. Beberapa di antaranya berbunyi “Penerangan Jalan Umum”, “Kami Butuh Jalan Bagus”, . Perwakilan massa Berorasi secara bergantian setelah selesai semua perwakilan berorasi. langsung Kapolsek Cicalengka Kompol Deni Rusnandar SH.MH .Camat Cicalengka Cucu Hidayat SH.MM serta Danramil 2402 Kapten Inf Poerwanto ,naik ke atas Mobil para pengunjuk Rasa untuk Menjawab semua tuntutan dari para pengunjuk rasa. Personil Polsek Cicalengka dengan di bantu oleh Dalmas Polresta Bandung turut hadir untuk mengamankan jalannya aksi agar tetap kondusif. Tidak ada insiden kekerasan yang terjadi selama unjuk rasa berlangsung. Namun, kemacetan lalu lintas sempat terjadi di sekitar kantor kecamatan akibat banyaknya massa yang berkumpul. Setelah tuntutan para pengunjuk rasa di terima dan di jawab langsung oleh Camat. Para pengunjuk rasa pun membubarkan diri dan kembali dengan damai. ( adebun)
Read More