Pewartanasional.com

Ramadhan 1446 H

MENAPAKI IBUKOTA DENGAN SKOOTER

In Memory : alm H Muslim. Foto/ist.

Oleh Risto

Dengan kalam dan tenang, alm H Muslim, menapaki ibukota Jakarta, mengen darai skooternya alias Vespa, di masa itu sangat dibutuhkan sebagai sarana transportasi.

Itulah pertama kali, penulis melihat alm yang gesit dan disiplin sebagai usahawan di tahun 1970 an.

Usaha yang dilaksanakan oleh rata rata perantau minang awalnya, ” Tukang Catut” artinya barang dijual dulu, kemudian baru dibeli.

Hal itu diungkapkan oleh Bapak penulis dikenal di kota minyak “Cina kedua ” alias utiah, bernama Kariman sebagai bekas tentara kesatuan Hisbullah sebelum ada TNI dan kemerdekaan RI di tahun 1945.

” Kebanyakan warga Sulit Air, merantau ke tanah Jawa ke Jakarta tempat tujuan adalah gedung pola Jakarta, dan usahanya sebagai ” Tukang Catuik” berkoordi nasi tempat kumpul kumpulnya, di pusat pasar rumput Jakarta Selatan, ” ungkap alm H.Ramawi Syakban sebelum hijrah ke Ciputat.

Yang merantau ke Palembang Sumsel, warga lebih cenderung bermukim di kawasan jembatan Ampera sebagai tempat pusat informasi, komunikasi dan koordinasi warga Sulit Air dan perantau lainnya.

Lain halnya dengan warga Sulit Air yang merantau.ke kota ” Dollar ” Pekan baru, kebanyakan ditemukan di.pasar bawah tidak.jauh dari sungai Siak.

Disitulah keluarga penulis bermukim dan juga keluarga alm Jamaludin Tamban. Anak tertuanya alm Bu Win, istri alm Prof DR Misbah Jalin seumur dengan kakak penulis ketika ketek ketek seringkali bermain bersama sama.

Ketika alm H Tamban pulang berkeliling menjaja kan dagangannya kembali ke rumah, kakak penulis sering disuguhi bungkusan berisi kue kue oleh alm H Tamban.

Tepian sungai Siak dekat pasar bawah kota Pekan baru, tempat bersandarnya kapal antar pulau dan kapal PT Caltex yang menjemput dan mengantar pekerja ke rumbai, sebelum ada Jembatan Lighton dan bis panjang.

Dari sinilah Bapak penulis membantu kaumnya, masuk menjadi karyawan di PT Caltex, bahkan ada yang dimasukkan ke Singapura dan Malaysia, hingga saat ini menjadi warga negara setempat.

Sepintas, sesepuh perantau Sulit Air di kota Pekanbaru, sebagai generasi pertama berusaha berjalan.kaki keli ling dan mengayuh sepeda unta kemana mana.

Saat itu dikenal tiga sejoli, Datuk Mandaro Oji, Jawara warga Sulit Air.Karyawan PT Caltex, pergi kerja berkain Sarung dan kaki ayam, tanpa sandal.dan sepatu.

Penulis pernah saksikan perseteruan antar kelompok. ketika itu Datuk Mandaro Oji berkelahi membela perantau, satu lawan tujuh. Ke tujuh lawan tersungkur karena Ia main kan Silat Alif dari Lintau.

Sementara, alm H Tamban terkenal dengan dagangan kelilingnnya dengan menjun jung barang dagangnya.

Sementara, Si Utiah dikenal Cina kedua karena warga Tionghoa di pekanbaru menghormatinya karena mantan laskar kesatuan Hisbullah dan sebagai tukang ” Catuik” yang dua kali dua memang empat.

GENERASI KEDUA

Alm H Muslim sebagai generasi kedua tampaknya berbeda dengan alm mertuanya H Jamaludin Tamban, pendiri Apotik Jaya di kota Pekanbaru. Ia berjualan ber- keliling dengan menjunjung barang dagangannya di kepala. Dan alm kadangkala dibantu oleh Sang Istri

Terngiang oleh penulis ketika melihat alm H Muslim, menapaki kota jakarta, berusaha asal muasalnya diduga juga sebagai tukang ” Catuik”.

Generasi kedua yang dilakoni oleh alm Muslim berbeda dengan mertuanya H Tamban, seperti penulis pernah menulis dengan Judul ” Sulit Air, bukan mengambil air yang Sulit ”

Alm sebagai karyawan kejaksaan, diduga gajinya tidak cukup seminggu, sebulan tak sampai, maka bekerja sambil berusaha menerapkan usaha dengan teori dari negara Tirai Bambu, yaitu “Creater and Creater”.

Dua puluh tahun kemudian, tahun 1990, penulis mengunjungi alm Muslim di di kawasan Pal Merah.

Ia menyambut penulis dengan gembira dan menjelaskan teori Creater and Creater diduga yang membawanya sukses menjadi konglomerat minang terkemuka hingga wafat Jumat (30/4).

Pada tahun 1995, atas komunikasi yang positif antara ketua umum DPP SAS alm Rainal Rais dengan H Muslim, berkenan merenovasi jembatan penghubung yang disebut ” TITI BAGONJONG”.

Renovasi titi terwujud dengan sempurnanya dan kini dinikmati oleh berbagai warga yang lalu lalang datang dan.pergi ke nagari Sulit Air melewati jembatan atau titi setiap waktu.

Pada tahun 2015, penulis mengunjungi alm ke tempat tinggalnya di kawasan Blok M. Ketika itu, penulis datang bersama wartawati Minang senior Ibu Hartini sebagai panitia pengukuhan Ikatan Keluarga Minang (IKM) Jabodetabek.

Kunjungan kami selain, mohon bantuan juga meminta sebagai dewan pembina, ” Kami berhasil, menerima bantuan dari alm Muslim, yang diserahkan oleh Hasmi Ham”.

Bantuan juga menyusul dari Prof DR Yurnalis Udin, CEO Yarsi sehingga perkumpulan IKM Jabodetabek, berdiri dan diresmikan oleh gubernur DKI Jakarta, dengan ketua terpilih Drs Adrian Adek, MAP, dan Sekum penulis sendiri.

Tiga tahun lalu, penulis ber.koordinasi dgn alm melalui celulernya.dari Hotel Riva di kawasan Gedung Juang, tetapi tidak bertemu dengan beliau, hanya diwakili stafnya.

Pembahasan dengan staf alm, meninjau dan survey lahan.penulis di Depok seluas sehektar, yang akan diganti rugi oleh perusahaan

” Negosiasi terhenti sejak itu komunikasi dengan alm tidak ada sama sekali sampai beliau wafat, Jumat petang (30/4), ” ungkap Ibu Sri Ningsih yang memiliki sebagian lahan yang terletak di kawasan Cagar Alam.kota Depok Jawa Barat.

LEAVE A RESPONSE

Your email address will not be published. Required fields are marked *